Keberadaan kuliner menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebagai sesuatu yang penting, kuliner diberi nama untuk memudahkan identifikasi. Sampai sekarang, sebagai tren komersialisasi, kuliner diberi nama tambahan… Click to show full abstract
Keberadaan kuliner menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebagai sesuatu yang penting, kuliner diberi nama untuk memudahkan identifikasi. Sampai sekarang, sebagai tren komersialisasi, kuliner diberi nama tambahan menjadi nama pemilik kuliner. Menariknya, nama tambahan tersebut memiliki jenis kelamin yang sama dengan pemilik kuliner untuk satu jenis masakan. Dalam tulisan ini, peneliti akan menganalisis proses berlabel gender yang digunakan dalam produk kuliner. Peneliti menggunakan teori Semiotik Pragmatis dari Peirce untuk menganalisis nama-nama teks kuliner yang terdapat di Indonesia. Analisis ini memberikan informasi tentang alasan di balik pelabelan gender untuk jenis kuliner yang serupa. Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa pelabelan gender tidak dapat dipisahkan dari bahan baku, metode pengolahan, gaya penyajian, dan cara penjualan dari kuliner.
               
Click one of the above tabs to view related content.